Penghargaan Terhadap Desain
Mungkin beberapa dari kita pernah mendapat kepercayaan untuk mendesain sebuah katalog produk, banner atau yang lainnya. Kemudian, karena dalam waktu singkat desain tersebut siap cetak, banyak yang mengira bahwa desain itu mudah, padahal perlu pikiran ekstra, ide yang cemerlang dan kreatifitas si desainernya.
Bagaimana membuat sebuah desain menjadi sesuatu yang dihargai?
Secara umum, di Indonesia, desain memang kurang mendapat penghargaan. Untuk bagian ini kita para desainer harus banyak-banyak “bersabar”. Sebab memang begitulah realitanya.
Sebagai desainer, kita juga harus mulai melakukan “edukasi” kepada market kita. Oleh karena itu seorang desainer baiknya juga mempunyai kemampuan negosiasi yang cukup baik, ia harus mampu menjelaskan berbagai filosofi dan faktor komunikasi yang kita gunakan. Kita harus jelaskan misalnya kenapa kita menggunakan warna dominan biru pada desain tersebut, kenapa kita menggunakan font swiss pada sub judulnya, kenapa untuk deskripsi rinci produk tulisannya tidak perlu besar, dll.
Kita juga dapat membuat perbandingan dan menunjukkan bukti tentunya bahwa publikasi yang kita buat lebih baik kualitas desainnya. Sebagai inspirasi kami kadang menunjukkan kepada klien, contoh riil media publikasi mereka sebelum dan sesudah mendapat “sentuhan” desain kami.
Kenali klien kita. Apakah klien kita termasuk tipe (maaf) norak yang suka dengan berbagai rekayasa photoshop, warna-warni atau dia termasuk klien yang modern, elegan minimalis. Pengenalan ini sangat membantu kita memberikan desain yang sesuai dengan ekspektasi klien tersebut. Sebagai desainer kita tidak boleh egois dengan memaksakan selera kita ke konsumen. Sebab desain adalah masalah selera (selain ilmu komunikasi visual tentunya), dan yang memiliki dana adalah klien kita, jadi kita tetap harus mengakomodasi selera klien kita dengan membantunya dalam masalah komunikasi.
Kita harus terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita di bidang desain grafis. Sering-seringlah membaca buku/majalah tentang desain grafis. Jangan hanya berfokus pada peningkatan skill “software desain” saja. Memang saat ini di toko buku-toko buku, ketika menyebut “desain grafis”, maka buku-buku yang dimaksud sebesarnya, buku-buku cara belajar software desain grafis (Komputer Grafis). Disinilah salah satu letak kesalahannya. Buku-buku desain grafis yang sebenarnya adalah yang membicarakan tema komunikasi visual dan kebanyakan masih dalam bahasa Inggris. Lengkapi bacaan kita dengan buku-buku bertema advertising dan marketing untuk semakin “memperluas” cara pandang kita.
Sumber : SimpleStudio
Bagaimana membuat sebuah desain menjadi sesuatu yang dihargai?
Secara umum, di Indonesia, desain memang kurang mendapat penghargaan. Untuk bagian ini kita para desainer harus banyak-banyak “bersabar”. Sebab memang begitulah realitanya.
Sebagai desainer, kita juga harus mulai melakukan “edukasi” kepada market kita. Oleh karena itu seorang desainer baiknya juga mempunyai kemampuan negosiasi yang cukup baik, ia harus mampu menjelaskan berbagai filosofi dan faktor komunikasi yang kita gunakan. Kita harus jelaskan misalnya kenapa kita menggunakan warna dominan biru pada desain tersebut, kenapa kita menggunakan font swiss pada sub judulnya, kenapa untuk deskripsi rinci produk tulisannya tidak perlu besar, dll.
Kita juga dapat membuat perbandingan dan menunjukkan bukti tentunya bahwa publikasi yang kita buat lebih baik kualitas desainnya. Sebagai inspirasi kami kadang menunjukkan kepada klien, contoh riil media publikasi mereka sebelum dan sesudah mendapat “sentuhan” desain kami.
Kenali klien kita. Apakah klien kita termasuk tipe (maaf) norak yang suka dengan berbagai rekayasa photoshop, warna-warni atau dia termasuk klien yang modern, elegan minimalis. Pengenalan ini sangat membantu kita memberikan desain yang sesuai dengan ekspektasi klien tersebut. Sebagai desainer kita tidak boleh egois dengan memaksakan selera kita ke konsumen. Sebab desain adalah masalah selera (selain ilmu komunikasi visual tentunya), dan yang memiliki dana adalah klien kita, jadi kita tetap harus mengakomodasi selera klien kita dengan membantunya dalam masalah komunikasi.
Kita harus terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita di bidang desain grafis. Sering-seringlah membaca buku/majalah tentang desain grafis. Jangan hanya berfokus pada peningkatan skill “software desain” saja. Memang saat ini di toko buku-toko buku, ketika menyebut “desain grafis”, maka buku-buku yang dimaksud sebesarnya, buku-buku cara belajar software desain grafis (Komputer Grafis). Disinilah salah satu letak kesalahannya. Buku-buku desain grafis yang sebenarnya adalah yang membicarakan tema komunikasi visual dan kebanyakan masih dalam bahasa Inggris. Lengkapi bacaan kita dengan buku-buku bertema advertising dan marketing untuk semakin “memperluas” cara pandang kita.
Sumber : SimpleStudio
Comments
Post a Comment